Unsur-Unsur Sastra
A.
Unsur-Unsur Sastra
1. Puisi
Puisi diartikan sebagai pembangun, pembentuk atau pembuat
karena memang pada dasarnya dengan mencipta sebuah puisi maka seorang penyair telah
membangun, membuat atau membentuk sebuah dunia baru, secara lahir maupun batin.
Sebuah puisi terdiri dari unsur-unsur pembangun yang sifatnya padu yakni sebuah
puisi tidak bisa berdiri sendiri tanpa mengaitkan unsur yang satu dengan unsur
yang lainnya.
a.
Unsur-Unsur
Puisi:
Puisi terdiri dari dua
unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin.
1)
Struktur Fisik Puisi
Adalah
unsur pembangun puisi dari luar.Puisi disusun dari kata dengan bahasa yang
indah dan makna yang dituliskan dalam bentuk bait-bait.Berikut ini pembahasan
yang ada dalam struktur fisik puisi yang
meliputi:
a)
Diksi (Pilihan
Kata)
|
Pemilihan kata yang digunakan dalam menulis puisi
berguna sebagai membedakan nuansa makna dan gagasan yang ingin disampaikan dan mengemukakan
bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa sebuah puisi.Serta dengan
memilih kata yang tepat berarti memfungsikan sebuah kata untuk menimbulkan
gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca seperti yang dipikirkan dan dirasakan
penulis pada saat menciptakan pusi.
Adapun secara umum
makna kata dalam puisi digolongkan menjadi dua makna yakni makna denotasi
dankonotasi. Makna konotasi artinya makna yang menunjukkan padaarti yang
sebenarnya dalam kamus,sedangkan makna denotasi artinya kata yang memiliki
kemungkinan makna lebih dari satu.
b)
Pengimajian
Adalah
susunan kata-kata yang dapat mengungapkan pengalaman sensoris dimana pembaca
seolah-olah dapat melihat, mendengar, merasakan seperti apa yang dilihat,
didengar dandirasakan penyair dalam puisinya secara imajinatif melalui
pengalaman dan rasa kita. Oleh karena itu dalam membuat puisi harus menggunakan
kata-kata yang tepat agar isi dari puisi tersebut dapat di bayangkan atau
diimajinasikan secara nyata oleh si pembaca.
Adapun
macam-macam imajinasi yang dibagi menjadi 8 bagian diantaranya ialah:
(1)
Imajinasi visual
yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sendiri apa yang
dikemukakan atau diceritakan oleh penyair.
(2)
Imajinasi
auditory yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa
yang dikemukakan penyair.
(3)
Imajinasi
articulatory yakni imanjinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar
bunyi-bunyi dengan artikulasi-artikuasi tertentu.
(4)
Imajinasi
olfactory yakni imajinasi penciuman atau pembawaan dengan membaca atau
mendengar kata-kata tertentu kita seperti mencium bau sesuatu,seperti mencium
bau bunga mawar.
(5)
Imajinasi
gustatory yakni imajinasi pencicipan. Dengan membaca atau mendengar kata-kata
atau kalimat tertentu kita seperti mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa
asin,pahit,asam danlainnya.
(6)
Imajinasi
factual yakni imajinasi rasa kulit yang menyebabkan kita seperti merasakan
dibagian kulit badan kita terasa nyeri, dingin, panas oleh tekanan udara atau
perubahan suhu udara.
(7)
Imajinasi
kinaestetik yakni imajinasi gerakan tubuh atau otot yang menyebabkan kita
merasakan atau melihat gerakan badan atauotot-otot tubuh.
(8)
Imajinasi
organic yakni imajinasi badan yang menyebabkan kita seperti melihat atau
merasakan badan yang lesu, loyo, ngantuk dan lainnya.
Imajinasi-imajinasi
diatas tidak digunakan secara terpisah melainkan digunakan secara bersama-sama,
saling memperkuat dan saling menambah kepuitisannya.
c)
Kata Konkret
Kata-kata
yang jika dilihat secara denotative sama tetapi secara konotatif tidak sama
karena disesuaikan dengan kondisi dan
situasi pemakaiannya. Misalnya pemakaian kata senja, senyap, atau misal judul
puisinya tentang gadis peminta-minta, untuk melukiskan gadis itu benar-benar
seorang pengemis, gembel maka penyair menggunakan kata-kata gadis kecil
berkaleng kecil yang gambaran judul ini lebih konkret dari pada judul gadis
peminta.
Jadi
konkret adalah kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh dengan
demikian pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa, keadaan atau
sesuatu yang lain yang digambarkan oleh di penyair sehingga pembaca dapat
memahami arti puisi.
d)
Bahasa Figurative
Bahasa
yang digunakan penyair untuk menyatakan Sesutu yang memiliki makna kiasan, atau
ungkapan yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan perasaannya tidak secara
langsung.
Bahasa yang dimaksudkan penyair karena:
(1)
Bahasa
figurative mampu menghasilkan kesenangan imajinatif
(2)
Bahasa
figurative mampu menghasilkan imajinasi tambahan dalam puisi sehingga yang
abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.
(3)
Bahasa
figurative mampu menyampaikan sesuatu dengan
bahasa singkat namun mengandung makna yang luas.
Adapun Bahasa kias yang umum terdapat
dalam puisi memilik itu tujuh bahasa kiasan yakni:
(1)
Simile
Bahasa kiasan yang
menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan mempergunakan kata-kata
pembanding seperti bagai ,bak,semisal, seumpama, laksana dan kata pembanding
lainnya. Contoh wajahnya bagai rembulan purnama.
(2)
Metafora
Majas perbandingan yang
membandingkan dua hal secara lagsung. Contoh sang raja siang bertahta di
angkasa.
(3)
Personifikasi
Majas yang memberikan
sifat-sifat kehidupan pada benda mati atau benda mati diberi sifat seperti
orang.Contoh hati-hati,dinding kamar ini mendengarkan pembicaraan
kita.atau mengapa engkau berdiri mematung.
(4)
Hiperbola
Majas yang
mengungkapkan sesuatu secara berlebihan sehingga tidak bias diterima dengan
akal.Contoh air matanya menganak sungai
(5)
Metonimia
Majas yang mempergunakan
nama suatu barang untuk sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.
(menyebut merka benda). Contoh peristiwa terbakarnya garuda menambah panjang
catatan peristiwa kecelakaan pesawat udara di tanah air.
(6)
Sinekdok
Majas yang menyebutkan nama
bagian sebagai pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya. Ada dua macam sinekdok
yaitu:
(a)
Pars prototo
(menyebut sebagian untuk mewakili keseluruhan).Contoh sudah lama dia tidak kelihatan
batang hidungnya.
(b)
Totemproparte (menyebut
keseluruhan untuk mewakili sebagian) Contoh SMA nusantara menjadi juara umum dalam
lomba catur nasional
(7)
Ironi
Majas yang menyatakan
makna yang bertentangan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sindiran.Contoh
aduh, bersih sekali kamarini, sampah makanan bertebaran dimana-mana.
e)
Versifikasi
(1)
Rima
Pengulaangan bunyi
dalam puisi untuk membentuk musikalisasi sehingga puisi menjadi menarik untuk
dibaca.Contoh akhiran aaaa,iiii,aiai dan lainnya.
(2)
Ritma
Pertentangan
bunyi,tinggi rendah,panjang pendek,keras lemah yang mengakun dengan teratur dan
berulang-ulang sehingga membentuk keindahan.
(3)
Metrum
Irama yang tetap,
pergantianmya sudah tetap menurut pola tertentu.
(4)
Tipografi
Bentuk tulisan atau
tata wajah yang membedakan puisi dengan karya sastra yang lain.
2)
Struktur Batin Puisi
Merupakan
pikiran perasaan yang diungkapkan penyair yang mengandung arti atau makna yang
dapat dilihat atau dirasakan melaui penghayatan.Menurut I.A Richard struktur
batin puisi ada empat yaitu: tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair
terhadap pembaca, dan amanat.berikut penjelasannya:
a)
Tema
Sesuatu yang diciptakan
atau digambarkan penyair melalui puisinya yang mengandung suatu pokok persoalan
yang hendak dikemukanan.
b)
Perasaan
Sikap penyair terhadap
pokok persoalan yang ditampilkan dalam puisinya yang merupakan gambaran
perasaan yang dialami penyair pada saat menciptakan pusi.
c)
Nada dan suasana
Nada adalah sikap
penyair terhadap pembaca berkenaan
dengan pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Jadi hubugan antara nada
dan suasana sangat erat karena mampu menimbulkan suasana
tertentu pada pembacanya.Contoh puisi yang bernada duka menimbulkan suanana iba
hati pada pembaca.
d)
Amanat
Maksud yang hendak
disampaikan atau himbauan,pesan,tujuan yang hendak disampaikan penyair melaului
puisinya.
2.
Drama
Konsep drama mengacu kepada dua
pengertian, yaitu drama sebagai naskah dan drama sebagai pentas. Pembicaraan
drama tentang naskah akan lebih jauh mengarah pada dasar dari telaah drama.
Nskah drama dapat dijadikan sebagai bahan studi sastra , dapat dipentaskan, dan
dapat dipagelarkan dalammedia audio, berupa sandiwara radio atau kaset.
Pegelaran pentas dapat di depan publik langsung maupun di dalam telvisi. Untuk
drama pagelaran teevisi, penulisan naskah drama sudah lebih canggih, mirip
dengan skenario film.
Drama berarti perbuatan, tindakan
atau beraksi. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas
ditinjau dari pakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu
sebagai cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu genre
sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama pentas adalah jenis
kesenian mandiri, yaaang merupakan integrasi antara berbagai jenis kesenian
seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekor,panggung), seni kostum, seni rias,
dan sebaginya. Jika kita membicarakan drama pentas sebagai kesenian mandiri,
maka terbayang pada ingatan kita pada wayang, ketoprak, ludruk, lenong dan
film. Dalam kesenian tersebut, naskah drama diramu dengna berbagai unsur untuk
membentuk kelengkapan. (Waluyo, 2003:2)
Perkataan drama sering dihubungkan
dengna teater.sebenarnya perkataan “teater” mempunyai makna yang lebih luas
karena dapat berarti drama., gedung pertunjukan, panggung, grup pemain drama,
dan dapat juga berati segala bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang
banyak. Pengertiannya ditentukan oleh konteks pembicaraan.
Menurut Waluyo (2003:6) drama naskah
tersebut juga sastra lakon. Sebagai salah satu genre sastra, drama naskah
dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantih, makna).
Wujud fisik sebagai naskah adalah dialog atau ragam tutur. Ragam tutur itu
adalah ragam sastra.
Unsur-unsur drama:
a.
Unsur Intrinsik
1)
Tokoh
Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai
pemegang peran watak tokoh. Itulah sebabnya istilah tokoh juga disebut sebagai
karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah
perwatakan atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik).
Penokohan, gerak dan cakapan adalah tiga komponen utama yang
menjadi dasar terjadinya konflik drama. Pada hakikatnya, konflik merupakan
unsur intrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama. Tokoh cerita dalam drama
dapat diwujudkan dalam dimensi penulisan tokoh, yaitu:
a)
Dimensi
Fisiologi
Yaitu ciri-ciri fisik
yang bersifat badani atua ragawi, seperti usia, jenis kelamin, keadaan tubuh,
ciri wajah, dan ciri-ciri fisis lainnya.
b)
Dimensi
Psikologi
Yaitu
ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas, tempramen, cipta, rasa,
karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku.
c)
Dimensi
Sosiologis
Yaitu
ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial, pekerjaan, jabatan, jenjang
pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan pribadi, sikap hidup, perilaku
masyarakat, agama, ideologi, sistem kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial,
hobi pribadi, organisasi sosial, suku bangsa, garis keturunan, dan asal-usul
sosial.
Berdasarkan
perannya tokoh terdiri dari:
a)
Tokoh
utama, ialah tokoh yang diutamakan dalam drama. Tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
b)
Tokoh
sentral, adalah tokoh penting yang menentukan alur cerita.
c)
Tokoh
pembantu, adalah tokoh yang mendukung jalannya cerita dan menjadi penguat dari
tokoh lain.
d)
Tokoh
tambahan atau figuran, adalah tokoh yang jarang muncul dalam cerita.
Berdasarkan wataknya tokoh terbagi menjadi:
a)
Tokoh
protagonis, adalah tokoh yang memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, serta memilki
nilai-nilai yang positif.
b)
Tokoh
antagonis, adalah tokoh yang membawakan perwatakan bertentangan dengan
protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
c)
Tokoh
tritagonis, adalah tokoh penengah, yang biasanya muncul sebagai pihak ketiga.
2)
Penokohan
Adalah pelukisan mengenai tokoh, baik keadaan lahirnya aupun
batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat
istiadatnya dan sebagainya. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang ang ditampilkan dalam sebuah cerita. Watak adalah kualitas nalar
dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan.
Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya. Penokohan
berhubungan dengan cara pengarang menetukan dan memilih tokoh-tokohnya serta
memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan bagaimana
watak tokoh-tokoh tersebut. Ada dua penggambaran perwatakan, yaitu:
a)
Secara
Eksplositori
Teknik
ini sering juga disebut sebagai teknik analitis, yaitu pelukisan tokoh
dilakukan dengan cra memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara
langsung. Tokoh ini hadir dan dihadirkan oleh pengarang secara tidak
berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai dengan deskripsi
kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat watak, tingkah laku atau bahkan
ciri fisiknya.
b)
Secara
Dramatik
Penampilan tokoh dalam teknik ini, dilakukan secara tidak langsung,
pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat, sikap dan tingkah laku
tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh untuk menunjukkan kediriannya sendiri
melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal atau non verbal.
Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah
teknik, di antaranya:
(1)
Teknik Cakapan
Percakapan
yang dilakukan oleh tokoh-tokoh biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan
sifat-sifat tokoh yang bersangkutan.
(2)
Teknik Tingkah Laku
Teknik
tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat non verbal. Apa yang
dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai
menunjukkan reaksi tanggapan, sifat, sikap yang mencerminkan sifat-sifat
kediriannya.
(3)
Teknik Pikiran Dan Perasaan
Pikiran
dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh dalam banyak
hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. Bahkan pada hakikatnya,
pikiran dan perasaannyalah yang kemudian diejawantahkan menjadi tingkah laku
verbal dan non verbal.
(4)
Teknik Arus Kesadaran
Merupakan
sebuah tekniknarasi yang merangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh,
dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran,
perasaan, ingatan, harapan.
(5)
Teknik Reaksi Tokoh Lain
Teknik
reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi
tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, sikap, tingkah laku
orang lain dan sebagainya yang berupa rangsangan dari luar diri tokoh yang
bersangkutan.
(6)
Teknik Pelukisan Latar
Suasana
latar disekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya.
Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan kedirian tokoh.
(7)
Teknik Pelukisan Fisik
Keadaan
fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak
pengarang senagja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya,
bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel.
3)
Amanat
Amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang
ingin ditanamkannya secar tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya.
Amanat di dalam drama yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja
disembunyikan secra tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan.
4)
Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan
titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi. Setiap penulis drama mempunyai
gaya tersendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan denag pemilihan kosa kta, bahasa juga
berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa.
Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah
drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat
komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa berkaitan denagn situasi lingkungan sosial budaya, dan pendidikan.
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk
menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialogyang terjadi di antara
para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seseorang pengarang
drama tidak jarang sengaja mengbaikan aturan yang ada dalam tata bahas baku.
5)
Dialog
Dilaog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog
drama ada yang realitas komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis
(estetik, filosopis dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karakter
tokoh cerita.
6)
Alur
Alur drama adalah rangkaian peristiwa dalam sastra drama yang
mempunyai penekanan pada adanya hubungan sebab-akibat, yang berupa jalinan
peristiwa. Drama sebagai karya sastra lengkap, umumnya mengandung delapan
tahapan alur. Kedelapan tahapan alur itu adalah: eksposisi atau pemaparan, rangsangan,
konflik, rumitan, klimaks, kritis, leraian, dan penyelesaian. Untuk memahami drama, harus melihatnya secara
keseluruhan, tidak bisa hanya membaca sinopsisnya saja.
7)
Latar
Latar adalah segala sesuatau yanga mengacu kepada keterangan
mengenai waktu, ruang, serta suasana peristiwanya. Latar pada drama dalam
pementasan biasanya dibuat panggung yang dihiasi dengan dekorasi, seni lukis,
tata panggung, seni patung, tata cahaya, dan tata suara. Latar dalam arti lengkap meliputi aspek ruang dan waktu serta
suasana.
a)
Latar
Tempat
Menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa atau lakon. Latar tempat
menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam drama.
Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu harus mencerminkan dan tidak
bertentangan dengan sifat dan kindisi geografis tempat yang bersangkutan.
b)
Latar
Waktu
Waktu adalah waktu yang ada di dalam cerita atau lamanya cerita itu
terjadi. Waktu penceritaan adalah waktu untuk menceritakan cerita dalam drama.
Selain itu, latar waktu kapan terjadinya konflik yang ada dalam drama.
c)
Latar
Suasana Dan Sosial
Menggambarkan situasi atau kondisisaat terjadinya adegan atau
konflik. Seperti suasana gembira, sedih, tragis, tegang dan lain sebagainya.
Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan denagn perilaku kehidupan
sosial masyarakat yang diceritakan dalam drama. Kehidupan sosial ini dapat
mencakup adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup dan lain
sebagainya.
8)
Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatau yang menjiwai
cerita, atau sesuatau yang menjadi pokok permasalahan dalam cerita. Drama
adalah suatau karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan
menampilkan konflik dean emosi lewat lakuan dan dialog. Umunnya dirancang untuk
pementasan di panggung. Drama dapat juga diartikan sebagai ragam sastra dalam
bentuk dialog yang dibuat untuk dipertunjukkan di atas pentas.
9)
Petunjuk
Teknis
Petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh
seorang penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang
ingin mementaskannya. Petunjuk teknis dalam naskah drama bisa berupa paparan
tentang adegan demi adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan),
tata lampu, tata musik, tat panggung, dan daftar properti yang harus disiapkan.
b.
Unsur Ekstrinsik
1.
Keadaan
subyektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan
hidup yang semuanya mempenagruhi karya sastra yang dibuatnya.
2.
Keadaan
psikologis, baik psikologis penonton, maupun penerapan prinsip psikologis dalam
karya sastra.
3.
Keadaan
lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial dan politik.
4.
Latar
belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik yang sangat
mempengaruhi karya sastra.
3.
Cerita
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan,
baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi)
a.
Unsur-Unsur
Instrinsik
1)
Tema
Tema
merupakan inti persoalan yang menjadi dasar dalam sebuah cerita. Oleh
karenanya, agar bisa mendapatkan tema dalam sebuah cerita, pembaca tentunya
harus membaca cerita tersebut hingga selesai. Tema pada cerita rakyat akan
dikaitkan dengan pengalaman kehidupan. Biasanya tema cerita rakyat mengandung
elemen alam, kejadian sejarah, kesaktian, dewa, misteri, hewan, dll.
2)
Latar Atau
Setting Pada Cerita
Latar
adalah informasi mengenai waktu, suasana, dan juga lokasi dimana cerita itu
berlangsung.
a)
Latar Lokasi
atau Tempat
Latar lokasi adalah
informasi pada cerita yang menjelaskan tempat cerita itu berlangsung. Sebagai
Contoh latar lokasi cerita adalah di kerajaan, di desa, di hutan, di pantai, di
kahyangan, dll.
b)
Latar Waktu
Latar waktu merupakan
saat terjadinya peristiwa dalam dongeng, sebagai contoh pagi hari, pada jaman
dahulu kala, malam hari, tahun sekian, saat matahari terbenam dll.
c)
Latar Suasana
Latar suasana adalah
informasi yang menyebutkan suasana pada kejadian dalam dongeng berlangsung.
Sebagai contoh latar suasana adalah rakyat hidup damai dan sejahtera,
masyarakat hidup dalam ketakutan karena raja yang kejam, hutan menjadi ramai setelah
purbasari hidup disana, dll
3)
Tokoh
Tokoh
merupakan pemeran pada sebuah cerita rakyat. Tokoh pada cerita rakyat dapat
berupa hewan, tumbuhan, manusia, para dewa dll.
Menurut
sifatnya penokohan dibagi tiga yaitu :
a)
Tokoh utama
(umumnya protagonis) adalah tokoh yang menjadi sentral pada cerita. Tokoh ini
berperan pada sebagian besar rangkaian cerita, mulai dari awal sampai akhir
cerita. Pada umumnya, tokoh utama ditampilkan sebagai tokoh tokoh yang memiliki
sifat baik. Tetapi tidak jarang ditemukan tokoh utama diceritakan lucu, unik
atau jahat sekalipun.
b)
Tokoh lawan
(umumnya antagonis). antagonis secara pengertian merupakan tokoh yang selalu
berlawanan dengan tokoh protagonis. Pada umunya, tokoh antagonis ditampilkan
sebagai tokoh ”hitam”, yaitu tokoh yang bersifat jahat.
c)
Tokoh pendamping
(tritagonis). Tritagonis merupakan tokoh pendukung.
Menurut cara menampilkan wataknya
penokohan dibagi dua yaitu :
a)
Secara langsung
yaitu watak tokoh bisa dikenali pembaca karena telah dijelaskan oleh pengarang
b)
Secara tidak
langsung yaitu watak tokoh bisa dikenali pembaca dengan membuat kesimpulan
sendiri dari dialog, latar suasana, tingkah laku, penampilan, lingkungan hidup,
dan pelaku lain.
4)
Alur
Merupakan
runtutan kejadian pada sebuah cerita rakyat. Biasanya cerita rakyat meliputi
lima rangkaian peristiwa yaitu saat pengenalan (pembukaan) , saat pengembangan,
saat pertentangan (konflik), saat peleraian (rekonsiliasi), dan tahap terakhir
adalah saat penyelesaian. Secara umum alur dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a)
Alur maju
b)
Alur mundur
c)
Alur campuran
5)
Sudut pandang
Sudut
pandang merupakan bagaimana cara penulis menempatkan dirinya dalam sebuah
cerita, atau dengan kata lain dari sudut mana penulis memandang cerita
tersebut. Sudut pandangan memiliki pernanan yang sangat penting terhadap
kualitas dari sebuah cerita. Sudut pandang secara umum dibagi dua yaitu:
a)
Sudut pandang
orang pertama sebagai pelaku utama.
Dalam menggunakan sudut
pandang jenis ini pada umumnya tokoh utama menggunakan “aku” atau “saya”.
Selain itu dalam cerita penulis seolah-olah terlibat langsung dalam cerita
tersebut sebagai tokoh utamanya.
b)
Sudut pandang
orang pertama sebagai pelaku sampingan.
Dalam menggunakan sudut
pandang ini penulis seolah-olah bercerita, tetapi dalam cerita ini penulis
bukanlah sebagai tokoh utamanya.
c)
Sudut pandang
orang ketiga serba tahu.
Dalam penggunaannya
biasanya menggunakan kata ganti seperti “dia”, “ia” atau nama dari perilaku
yang terdapat dalam cerita yang diciptakan oleh penulis.
d)
Sudut pandang
orang ketiga pengamat.
Dalam penggunaannya
kata “dia” pada cerita memiliki maksud yang sangat terbatas. Penulis cerita
menggambarkan apa yang dialami serta dirasakan oleh tokoh utamanya seorang,
walaupun terdapat banyak tokoh dalam cerita itu. Sehingga tokoh utama dalam
cerita akan lebih menonjol dalam cerita tersebut, sementara tokoh lainnya tidak
memiliki kesempatan untuk menunjukkan sosok sebenarnya.
6)
Amanat atau pesan moral
Merupakan
nilai-nilai yang terkandung didalam cerita dan ingin disampaikan agar pembaca
mendapatkan pelajaran dari cerita tersebut.
7)
Majas (Gaya
Bahasa)
b.
Unsur-Unsur
Ekstrinsik
Dalam
Cerita Unsur ekstrinsik merupakan semua faktor luar yang mempengaruhi
penciptaan sebuah tulisan ataupun karya sastra. Bisa dikatakan unsur ektrinsik
adalah milik subjektif seorang penulis yang dapat berupa agama, budaya, kondisi
sosial, motivasi, yang mendorong sebuah karya sastra tercipta. Unsur-unsur
ekstrinsik pada cerita rakyat biasanya meliputi:
1)
Budaya serta
nilai-bilai yang dianut.
2)
Tingkat
pendidikan
3)
Kondisi sosial
di masyarakat
4)
Agama dan
keyakinan
5)
Kondisi politik,
ekonomi, hukum dll.
Komentar
Posting Komentar